Alhamdulillah
karir ku dalam pekerjaan selalu di mudahkan Allah SWT, Allah SWT selalu
membukakan jalan bagiku dan telah banyak karunia yang diberikan namun ada satu
hal yang cukup sulit bagiku. Istriku adalah seseorang yang pintar telah banyak
aku dapatkan cerita tentang dia baik dari teman maupun dari saudara tentang
prestasi sekolah dan kuliah yang telah dicapainya.
Kami
menikah tahun 2013 namun selama perjalanan tersebut dia selalu aktif mengikuti
seleksi penerimaan pegawai negeri tak seperti diriku yang pernah absen
mengikuti ujian tsb, bukan hanya itu setelah moratorium tahun 2014 tentang
pengadaan PNS dia masih tetap mengikuti seleksi ujian lokal pegawai non PNS
diberbagai tempat, karena semenjak lulus dia bekerja di klinik swasta sejak
tahun 2011 namun setelah aku lanjut studi master dan kami dikaruniahi seorang
anak, keputusan untuk pindah harus kami terima, pindah ketempat yang lebih
dekat karena klinik swasta tsb berada dikota dengan konsekwensi menjadi tenaga
sukarelawan dengan gaji minim, jadi bisa dikatakan istriku sekarang tidak punya
penghasilan seperti sebelumnya dan hanya bergantung pada penghasilan dariku,
aku bilang untuk pakai semuanya untuk kebutuhannya dan anak kami, karena aku dapat
full beasiswa ketika kuliah master.
Sambil
menjadi tenaga sukarelawan di puskesmas istriku tetap aktif mengikuti ujian
seleksi pegawai mau kontrak, pegawai tidak tetap, non pns atau apapun yang
menurut kita bisa meningkatkan kesejahteraan hidup, namun ada yang aneh dan
terpola, seleksi selalu dimulai dari ujian tulis, skill tes, kadang ada tes
psikologi setelah itu terakhir wawancara, hasil yang selalu didapat adalah
menjadi terbaik di ujian tulis biasanya peringkat 1 atau 2 begitu juga di skill
test dan test berikutnya tapi selalu gagal di test wawancara, berkali-kali test
dilakukan tapi tetap gagal dan gagal, begitu seterusnya. Aku selalu mengatakan
“Gak
pa-pa, masih belum rejeki”
Dengan
maksud agar menenangkan hati untuk tetap semangat mengikuti ujian selanjutnya, awalnya
aku merasa wajar karena dia tidak siap tapi lama-kelamaan kegagalan Nampak
sebagai hal yang tidak biasa.
Kami
bukannya tidak melakukan apa-apa untuk belajar, doa, puasa dan sholat telah
kami lakukan sebagai bentuk usaha atau ikhtiar, tapi masih saja gagal, aku
sampai berfikir mungkin aku dan istri punya dosa hingga Allah SWT belum
membukakan pertolonganNya, oleh karena itu kami coba meningkatkan usaha untuk
mencapai apa yang kita inginkan dan senantiasa memohon ampun pada Allah SWT.
Ketika
gagal kami selalu memotivasi diri dan meningkatkan kemampuan agar lancar dalam
melaksanakan ujian dan tak lupa meminta ridho orang tua agar sukses, karena aku
sendiri punya rumus kesuksesan sejak dulu, aku selalu melihat sosok ayah yang
telah sukses mengantarkan putra putrinya lulus ujian bagitu juga CPNS yaitu
dengan cara meminta pada Allah dengan amalan doa, sholat plus sholat malam dan
dhuha disertai puasa, biasanya setelah melakukan sholat aku berdoa sesuai
dengan tuntunan.
Tahun
2017 tahun yang tak terlupakan bagi kami, ditahun itu istri hamil besar dan
kebetulan ada seleksi ujian lokal disalah satu instansi, kali ini kami
mempersiapkan dengan matang hingga kita pernah ikut bimbel disalah satu tempat
kursus meskipun bersama anak-anak SMA tetap kita jalani dengan ikhlas, dan
alhamdulliah hasilnya test tulis dan skill test masuk peringkat teratas, skill
test dihadapi dengan cukup berat karena sedang hamil besar dan menunggu antrian
cukup lama tapi Alhamdulillah berhasil, hingga sampai di wawancara, test
wawancara ini kami telah mempersiapkan secara matang hingga mencari cara
menjawab pertanyaan yang baik dan benar karena di test ini istriku sering
gagal, setelah ujian kami merasa lega karena lagi-lagi pertanyaan yang
ditanyakan sesuai dengan prediksi, kami optimis akan lolos.
Pengumuman
dibagikan dimalam hari Ba’da Isya’ dan kita bisa mengakses secara online,
ketika kami bersama-sama membukanya hasilnya “TIDAK LOLOS” aku segera memeluknya
dan tetap mengatakan
“Gak
pa-pa, masih belum rejeki”
Istriku
hanya diam dan masuk kamar, kata-kata “masih belum rejeki itu” menjadi
kata-kata template disetiap ujian yang mungkin sudah tidak berarti apa-apa
karena lebih 10 kali dia mengikuti berbagai macam seleksi atau ujian, hari itu
aku tak berani mendekatinya dikamar dia menangis, melihat pemandangan tersebut
aku ikut berkaca-kaca, akupun segera mengambil air wudu untuk sholat Isya’,
selesai sholat aku tidak berdoa dan terdiam dalam hati aku hanya berucap
“
Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha melihat”
Karena
aku yakin malam itu Allah SWT melihat kami yang sudah mulai putus asa,
pemandangan pilu itu mungkin cukup sebagai pengganti doa dimalam itu.
Setelah
kejadian dimalam itu tahun berikutnya kami tetap berikhtiar namun sudah lebih
lega karena kami pasrah, lolos atau tidak kita pasrah dan tak peduli. Tahun
2019 kembali ada perakrutan CPNS dia memilih di daerah kota yang agak jauh dari
rumah, istriku mencoba di SKD nilainya cukup bagus tapi tidak lolos SKB
dikarena peringkat 4 dan hanya tiga orang yang berhak mengikuti SKB dikarenakan
hanya satu formasi waktu itu.
Dengan
hasil tersebut semakin kami termotivasi untuk mengikutinya hingga ditahun 2021
ada lagi pembukaan CPNS kali ini formasi ditempat dia bekerja dengan 2 formasi,
aku bilang
“
Kita habis-habisan tahun ini”
Doa,
sholat, puasa tetap kita lakukan plus bimbel online persiapan dua bulan
akhirnya membuahkan hasil nilainya cukup baik tapi tidak terlalu besar untuk
ukuran rata-rata nasional, karena hanya ada 9 peserta yang mengikuti SKD,
istriku ujian di hari pertama karena dalam satu minggu peserta terbagi menjadi
beberapa hari ujian di hari pertama istriku peringkat 1 SKD tapi dihari ke 2
posisi bergeser ke urutan ke 2. Kami mulai khawatir walau posisi SKB sudah
pasti lolos namun nilai SKD juga mempengaruhi nilai total karena target kami
minimal peringkat 2 untuk nilai SKD dan SKB.
Pagi
hari atau satu hari sebelum ujian hari ketiga para pesaing, aku mendapatkan
video motivasi dari youtube tentang manfaat sedekah dan aku baru paham jika doa
itu harus di pancing dengan sedekah, karena pemikiraku dulu dengan zakat dan
amal dimasjid sudah cukup. Jadi hari itu kami memutuskan untuk bersedekah bahan
pokok untuk orang tidak mampu disekitar rumah, hasilnya posisi tidak bergeser tetap
nomor 2.
Akhirnya
istriku lolos di ujian selanjutnya yaitu SKB, di ujian kemampuan bidang ini
kami berstrategi untuk tetap bimbel dan fokus latihan soal, karena di SKD aku
merasa belum maksimal jadi selama sebulan penuh istri sengaja aku sarankan
untuk karantina mengerjakan soal dan anak-anak aku yang pegang, untuk urusan
makan tiap hari ibu mertua membantu delivery order alias diantar kerumah, jadi
istri tidak memasak selama latihan soal, selain itu kita tetap puasa, berdoa
dan sholat agar Allah SWT memudahkan semua urusan kita dan tak lupa amalan
sedekah juga kita persiapkan sebelum ujian SKB.
Ada
satu lagi, Akhir desember 2020 bapak meninggal dunia, dan selama ujian ini aku
tidak bisa meminta bantuan doa yang selama ini aku lakukan, sejak dulu aku
merasa termanjakan oleh doa dari orang tua, karena dihampir setiap kesempatan
aku selalu meminta doa orang tua terutama bapak dan ibu, ada suatu amalan bapak
yang cukup berat namun terbukti berhasil, setelah sholat tahajud bapak selalu
membaca surat Al Ikhlas, An Nas dan Al Falaq dengan jumlah masing-masing 1000
hasilnya tiga kakak ku semua lolos PNS murni.
Setelah
mengigat itu aku memberanikan diri untuk melakukan amalan almarhum bapak,
setelah sholat tahajud aku tidak beranjak dan membaca amalan tersebut alhasil
dihari pertama hanya Al Ikhlas yang sampai 1000 dan aku tertidur sebelum subuh,
selanjutnya aku coba kembali hanya sampai surat An-Nas belum sampai seribu azan
subuh telah berkumandang. Kesalahanku karena aku telat bangun setelah aku
hitung butuh waktu 3-4 jam untuk mencapai target tersebut.
Setelah
semua usaha dan amalan telah dilakukan, tibalah hari ujian berlangsung. Hari
itu aku sengaja mengosongkan jadwal untuk mengantar ujian SKB istri, kebetulan
ujian dimulai pukul 14.00 dan harus tiba dilokasi 1 jam sebelum, setelah
mengantarkan istri ke lokasi ujian aku pergi dan duduk sambil berdzikir di
alun-alun kota, hingga waktu sholat ashar tiba, karena ada masid dekat
alun-alun aku segera bergegas untuk sholat ashar.
Sebelum
sholat aku sempat mengecheck hasil ujian SKB secara online karena baik SKD dan
SKB sekarang live skor, Alhamdulillah ada di posisi ke 15, setelah itu akupun
sholat berjamaah dan selesai sholat aku berdoa pada Allah SWT menghadap ke dua
kaligrafi besar bertuliskan Muhammad Rasulullah dan Allah SWT dan melakukan
sujud dengan berdoa:
“Ya
Allah sudah 11 tahun ikhtiar istri hamba tak ada yang bisa berkehendak selain
Engkau dan Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi
lagi Maha Agung’
Entah
mengapa hari itu tubuh terasa lega, ada kesejukan tak terperi, sore itu aku
merasa tenang. Setelah selesai sholat aku menuju serambi masjid dan duduk
melihat live score di posisi 15 aku kaget tidak ada nama istriku, aku coba
scroll kebawah juga tidak ada hingga nama terakhir dan muncul nama istriku di
posisi pertama dengan tulisan waktu telah selesai dengan skor yang jauh
meninggalkan para pesaingnya bahkan selisih 100 poin dari peringkat 1 SKD, tak
kuasa air mata ini menetes, aku melihat ke langit dan tersenyum seraya berkata
“
Terima kasih ya Allah”
Keyakinan
kami membuahkan hasil, kami yakin Allah melihat apa yang kami perjuangkan dan
kami yakin allah melihat tangisan kami di tahun 2017 dulu dan membayar tuntas
di 2021.
Untuk
kalian yang sedang berjuang percayalah sabar dan sholat adalah penolong dan
Allah SWT sebaik-baiknya tempat meminta, semoga kisah ini menginspirasi.
No comments:
Post a Comment