Tuesday, March 21, 2017

[Kisah Inspiratif] Perjalanan Seorang Polisi

Erwan Triambodo, Lahir di Kota Jember Jawa Timur merupakan anak perantauan dari kedua orang tuanya yang bekerja sebagai Guru SD berasal dari Kota Tulungangung dan Trenggalek tepatnya di Kec. Munjungan yang saat ini tinggal di Kab. Sumbawa Barat Prov. NTB, tidak pernah merubah sikap dan rasa kekeluargaannya terhadap teman-teman semasa dia menimba ilmu pendidikan SD, SMP, dan SMA. Namun dikarenakan Perbedaan jarak, membuatnya jarang bisa berkumpul bersama teman-teman alumni sekolah. Akan tetapi dikala ia pulang kampung, dia pasti menyempatkan diri untuk berkumpul dan menemui teman-temannya di daerah Kalisat dan Sukowono. Panggilan kecilnya dikampung “WAWAN”. Akan tetapi waktu SMP, saat perkenalan siswa baru di kelas, ada salah seorang teman yang nyeletuk “gak cocok namanya WAWAN, BODO saja”, dengan gelak tawa siswa-siswi akhirnya dia lebih akrab dipanggil “BODO”. Saat SMP nama Bodo menjadi dikenal siswa-siswi SMP 1 KALISAT apalagi setelah dipercaya untuk mementaskan peran sebagai “DALANG” drama Pewayangan dengan Lakon “GANYONG” pada acara perpisahan sekolah. Dan Drama tersebut juga dipentaskan kembali di Pasar Kalisat saat acara malam Kemerdekaan RI sehingga mengundang gelak tawa penonton dikarenakan cerita lawakan Pewayangan yang Kocak.



Dia pendiam namun memiliki Hobi menyanyi selain itu juga bodo menjadi Vocalis Band SMP dan SMA. Meski tak terlalu pintar saat mengenyam pendidikan SMP ditambah hobi bermain PS (Play Station) yang tak kenal waktu hampir membuatnya tidak bisa sekolah di SMA favorit (SMAN 1KALISAT) karena NEM yang pas pasan sehingga dia berada dalam 10 siswa dengan nilai NEM terendah alias cadangan yang belum pasti diterima di SMAN tersebut walaupun Kuota siswa yang diterima sebanyak 240 yang kemudian terbagi menjadi lima Kelas. Namun setelah adanya pertimbangan penambahan bangku Siswa, Alhamdulilah Bodo dinyatakan lulus dan bisa bersekolah di SMAN 1 KALISAT. Ia mempunyai strategi agar bisa bersaing dalam hal prestasi dengan siswa yang lain, yaitu dengan cara mencuri perhatian guru-guru pengajarnya saat proses belajar mengajar berlangsung dengan cara bertanya dan aktif mengikuti kegiatan ekstra kurikuler disekolah. Dengan usahanya tersebut dari kelas 1 sampai kelas 3 SMA, dia selalu masuk ranking 10 besar dikelasnya.

Dia menyukai dunia militer dan Memiliki cita-cita menjadi Tentara atau polisi sehingga memilih untuk mengikuti ekstra kurikuler Paskibra (pasuka pengibar bendera) di SMA tersebut dan sampai dipercaya teman-temannya dan  Guru Pembina Paskibra yang dulu dipegang oleh “PAK SUUD” untuk menjadi Ketua Paskibra saat itu. Setelah selesai ujian akhir nasional, sambil menunggu hasil kelulusan ia bersama kedua teman SMAnya mendaftar seleksi masuk calon AKABRI di Malang, Akan tetapi pada administrasi pertama Bodo langsung gugur dikarenakan setelah dihitung syarat umur saat masuk pendidikan harus minimal 18 Tahun, dan saat itu usianya masih belum mencapai 18 Tahun. Kegagalan itu memunculkan Rasa kecewa yang membuatnya terpukul, akan tetapi Bodo tidak patah semangat. Kemudian dia mencoba mendaftar masuk calon bintara polisi gelombang pertama. Lagi-lagi tidak lulus saat pengumuman tes akademik, dikarenakan pemahamannya pada saat tes Bahasa Inggris yang Kurang dan kebetulan memang dia tidak menyukai bahasa inggris saat disekolah. "Maklum bukan orang inggris, Coba bahasa Jawa atau Madura yang diteskan??hehe" jawabnya…
Kemudian Bodo mencoba mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) atas dorongan dan paksaan orang tuanya, dia pun ikut tes SPMB saat ujian masuk kuliah, namun tidak lulus karena ia tidak ingin kuliah dan hanya menuruti kemauan orang tua saja, sehingga ia ikut tes asal-asalan, karena cita-cita sebenarnya tetap di dunia militer, Untuk mengisi waktu luangnya menunggu seleksi dia mengikuti kursus Komputer di Jember dan kursus berenang "maklum anak kampung bisanya berenang disungai dengan gaya batu saja" katanya. Namun alasan sebenarnya ia tidak mau dilihat orang sebagai pengangguran yang tidak jelas kemana arah tujuannya.
Kemudian di buka kembali pendaftaran Bintara Polisi Gelelombang kedua, dia mencoba untuk mendaftar kembali. Akan tetapi dia juga gugur di tes Akademik lagi-lagi karena kemampuan Bahasa Inggrisnya. Tapi tetap dia tidak patah semangat baginya kesuksesan adalah sebuah keharusan, dia memutuskan untuk kembali mengikuti tes Secaba TNI. Tahapan demi tahapan ia lalui sampai tes wawancara. Pada saat pengumuman akhir pada tes psikologi ia kembali gagal. Memang sudah ada keraguan saat adanya tes menggambar. Karena dari sekolah ia tidak suka menggambar. Tidak patah semangat dia kembali mencoba di sekolah kedinasan IPDN Kab. Jember. Dengan jumalah peserta sebanyak 79 orang dan kuota penerimaan hanya 3 orang saja membuat dia sedikit pesimis. Setelah melalui tes di Kab. Jember akhirnya peluangpun kembali terbuka dengan menyisakan 18 orang peserta yang dikirim mengikuti tes di Surabaya termasuk dirinya. Namun lagi - lagi saat ada ujian Bahasa Inggris ia pun gagal melaluinya.
Dari kegagalan tersebut akhirnya dia menyadari jika kelemahannya adalah kemampuan bahasa inggris yang kurang mumpuni, ia pun memutuskan untuk mendalami Bahasa Inggris dengan mengikuti Program Kursus Intensif di Jember selama 3 bulan. Dia juga berfikir jika peluang untuk lolos seleksi dipulau Jawa sangat kecil dikarenakan pendaftar yang banyak dan kuota penerimaan yang sedikit, sehingga sedikit harapan untuk bisa menjadi salah satu Abdi Negara. Ia pun memutuskan mendaftar di Prov. NTB tepatnya di Pulau Lombok. Setelah dibukanya Pendaftaran Secaba Polisi Gelombang pertama, di langsung mendaftar kembali. Namun kecewa kembali menderanya. Ia gagal dalam tahap awal pemeriksaan administrasi dimana KTP penduduk masih belum berdomisili 1 Tahun di NTB. Mengingat masih adanya waktu pendaftaran di pulau Jawa yang tinggal 1 Hari, ia pun bergegas pulang dan kembali mendaftar Secaba Polisi Gelombang Pertama kali ini di Polwil Bondowoso. Setelah daftar terakhir, keesokan harinya langsung melaksanakan Pemeriksaan Administrasi Awal dilanjutkan tes Psikologi. Dan diluar Dugaan, tes Psikologi dia sudah dinyatakan gagal. Kali ini dia benar-benar kecewa dan stres. Karena bagaimanapun tes Psikologi yang biasanya dengan mudah dilalui kali ini gagal mungkin karena kelelah dan minimnya persiapan karena waktu yang singkat. Harapannyapun seolah-olah pupus. Dengan ketidakberdayaan dan kurang percaya diri yang diakibatkan usaha yang selalu gagal ia lakukan hampir membuatnya putus asa dan tidak memiliki semangat lagi untuk memulai. Namun kedua orang tua dan kakaknya selalu memberikan motivasi agar dia jangan putus asa.
Dengan segala doa dan usaha setelah sampai pada Pendaftaran Secaba Polisi Gelombang kedua, ia kembali mengikuti tes di Pulau Lombok. Tidak disangka pendaftarnyapun sangat banyak. Sekitar 1500 orang. Namun dengan segala keoptimisan serta mental yang benar-benar sudah dipersiapkan plus mengikuti bimbingan belajar, olahraga, serta cek-up kesehatan sebelum tes dilaksanakan, alhamdulilah ia bisa melaluinya dengan hasil memuaskan. Segala tahapan tes diikuti sampai tes terakhir yaitu pantukhir. Akan tetapi diluar dugaan tiga hari menjelang tes Pantukhir, dia mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 50km/jam, bodo menabrak seekor anjing yang tiba-tiba melintas kencang dihadapannya dengan kondisi jalan raya ramai membuatnya kaget dan tidak bisa mengendalikan kendaraannya sehingga terpental kebahu jalan. Dia mengalami luka serius pada lututnya yang dikhawatirkan patah kaki. Namun setelah dirontgen ternyata hanya keseleo dan luka lecet pada lutut. Dalam waktu 2 Hari dia istirahat total dengan kaki yang tidak bisa bergerak leluasa. Dan Hari dimana Tes Pantukhir pun tiba. Sambil menahan rasa nyilu, tidak henti-hentinya dia berdoa. Saat itu masih menyisakan 180 orang dengan kuota Penerimaan 149 Orang membuatnya pesimis. Saat Tim Penguji Akhir yang terdiri dari 10 Orang Pejabat Tinggi Polri termasuk Tenaga Ahli dibidang Kedokteran Polri. Dan pada saatnya gilirannya dipanggil masuk ruangan dengan berpakaian kaos putih dengan celana pendek putih dan berhadapan langsung dengan 10 orang tim penguji. Satu persatu peserta diajukan beberapa pertanyaan yang berbeda-beda. Dan saat salah seorang Dokter Polisi melihat lututnya yang agak gemetar menahan rasa sakit karena hanya biasa menjawab pertanyaan dengan mematung, tiba tiba Dokter tersebut menghampirinya, dan memerintahkan untuk jalan ditempat layaknya baris-berbaris. Sambil menahan rasa sakit dia pun melaksanakannya. Kurang lebih 1 menit, dia diminta berhenti dan melihat luka yang ada dilututnya. Sampai tak terasa ada sedikit darah yang keluar dari luka tersebut. Tidak ada keyakinan pada diri bodo kala itu untuk mempunyai peluang Lulus dia hanya bisa pasrah. 
Akan tetapi atas Kuasa Allah SWT, bodo dinyatakan Lulus dan dapat mengikuti Pendidikan Secaba Polisi di SPN BELANTING NTB. Sujud syukurpun lakukannya, seakan tak percaya dengan hasil yang diraihnya sekarang, namun ketika dia melihat perjuang dan usaha yang dilakukan selama ini dia pun bersyukur. Setelah dia menjadi Polisi dengan tekad dan keyakinan, dia benar-benar akan perjuangkan dan menjaga KAMTIBMAS (Keamanan Ketertiban Masyarakat), mengesampingkan keadaan pribadinya dengan memberikan Pelayanan yang Prima. Karena dia ingin merubah citra negatif yang ada dimata masyarakat dari diri sendiri dengan merubah sikap dan pandangan orang tentang polisi dan dia selalu berusaha untuk menjadi sosok Polisi yang selalu siap menjadi Pelindung, Pengayom, Pelayan Masyarakat dan Penegak Hukum yang dicintai masyarakat. Sehingga Citra Polisi semakin baik dan selalu menjadi mitra/keluarga bagi masyarakat. Saat ini bodo ditugaskan sebagai BHABINKAMTIBMAS Desa Seran Kec. Seteluk Kab. Sumbawa Barat NTB. Dia juga sangat ingin bertugas dikampung halaman sendiri dan berkumpul bersama orang tua di Kab. Jember JATIM. Namun di Desa Seran ini, dia sangat bahagia karena warga Seran menerima layaknya saudara dan sahabat. Sehingga ketika bertugas, serasa bertugas dikampung halaman sendiri dan juga Masyarakat Desa Seran sangat welcome terhadap keberadaan dan Kehadiran Bhabinkamtibmas. Namun Keinginan untuk dapat kembali kekampung halaman sendiri juga masih tetap menjadi harapan.

Pesan kesuksesan yang diberikannya adalah  “INGATLAH, KEGAGALAN bukanlah akhir dari perjuangan kita, Namun itu merupakan KEBERHASILAN yang tertunda yang akan sangat terasa manis ketika kita bisa mencapai hasil yang sangat sempurna”. (Hidup ini terasa sempurna jika kita bisa bermanfaat / dapat membahagiakan orang-orang disekitar kita sebelum diri kita bahagia).

No comments:

Post a Comment