Erwan Triambodo, Lahir
di Kota Jember Jawa Timur merupakan anak perantauan dari kedua orang tuanya
yang bekerja sebagai Guru SD berasal dari Kota Tulungangung dan Trenggalek tepatnya
di Kec. Munjungan yang saat ini tinggal di Kab. Sumbawa Barat Prov. NTB, tidak
pernah merubah sikap dan rasa kekeluargaannya terhadap teman-teman semasa dia
menimba ilmu pendidikan SD, SMP, dan SMA. Namun dikarenakan Perbedaan jarak,
membuatnya jarang bisa berkumpul bersama teman-teman alumni sekolah. Akan
tetapi dikala ia pulang kampung, dia pasti menyempatkan diri untuk berkumpul
dan menemui teman-temannya di daerah Kalisat dan Sukowono. Panggilan kecilnya
dikampung “WAWAN”. Akan tetapi waktu SMP, saat perkenalan siswa baru di kelas,
ada salah seorang teman yang nyeletuk “gak cocok namanya WAWAN, BODO saja”,
dengan gelak tawa siswa-siswi akhirnya dia lebih akrab dipanggil “BODO”. Saat
SMP nama Bodo menjadi dikenal siswa-siswi SMP 1 KALISAT apalagi setelah
dipercaya untuk mementaskan peran sebagai “DALANG” drama Pewayangan dengan Lakon
“GANYONG” pada acara perpisahan sekolah. Dan Drama tersebut juga dipentaskan
kembali di Pasar Kalisat saat acara malam Kemerdekaan RI sehingga mengundang
gelak tawa penonton dikarenakan cerita lawakan Pewayangan yang Kocak.
Dia pendiam namun
memiliki Hobi menyanyi selain itu juga bodo menjadi Vocalis Band SMP dan SMA.
Meski tak terlalu pintar saat mengenyam pendidikan SMP ditambah hobi bermain PS
(Play Station) yang tak kenal waktu hampir membuatnya tidak bisa sekolah di SMA
favorit (SMAN 1KALISAT) karena NEM yang pas pasan sehingga dia berada dalam 10
siswa dengan nilai NEM terendah alias cadangan yang belum pasti diterima di
SMAN tersebut walaupun Kuota siswa yang diterima sebanyak 240 yang kemudian
terbagi menjadi lima Kelas. Namun setelah adanya pertimbangan penambahan bangku
Siswa, Alhamdulilah Bodo dinyatakan lulus dan bisa bersekolah di SMAN 1
KALISAT. Ia mempunyai strategi agar bisa bersaing dalam hal prestasi dengan
siswa yang lain, yaitu dengan cara mencuri perhatian guru-guru pengajarnya saat
proses belajar mengajar berlangsung dengan cara bertanya dan aktif mengikuti
kegiatan ekstra kurikuler disekolah. Dengan usahanya tersebut dari kelas 1
sampai kelas 3 SMA, dia selalu masuk ranking 10 besar dikelasnya.
Dia menyukai dunia
militer dan Memiliki cita-cita menjadi Tentara atau polisi sehingga memilih
untuk mengikuti ekstra kurikuler Paskibra (pasuka pengibar bendera) di SMA
tersebut dan sampai dipercaya teman-temannya dan Guru Pembina Paskibra yang dulu dipegang oleh
“PAK SUUD” untuk menjadi Ketua Paskibra saat itu. Setelah selesai ujian akhir
nasional, sambil menunggu hasil kelulusan ia bersama kedua teman SMAnya
mendaftar seleksi masuk calon AKABRI di Malang, Akan tetapi pada administrasi
pertama Bodo langsung gugur dikarenakan setelah dihitung syarat umur saat masuk
pendidikan harus minimal 18 Tahun, dan saat itu usianya masih belum mencapai 18
Tahun. Kegagalan itu memunculkan Rasa kecewa yang membuatnya terpukul, akan
tetapi Bodo tidak patah semangat. Kemudian dia mencoba mendaftar masuk calon
bintara polisi gelombang pertama. Lagi-lagi tidak lulus saat pengumuman tes
akademik, dikarenakan pemahamannya pada saat tes Bahasa Inggris yang Kurang dan
kebetulan memang dia tidak menyukai bahasa inggris saat disekolah. "Maklum
bukan orang inggris, Coba bahasa Jawa atau Madura yang diteskan??hehe"
jawabnya…
Kemudian Bodo mencoba
mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) atas dorongan dan paksaan
orang tuanya, dia pun ikut tes SPMB saat ujian masuk kuliah, namun tidak lulus
karena ia tidak ingin kuliah dan hanya menuruti kemauan orang tua saja,
sehingga ia ikut tes asal-asalan, karena cita-cita sebenarnya tetap di dunia
militer, Untuk mengisi waktu luangnya menunggu seleksi dia mengikuti kursus
Komputer di Jember dan kursus berenang "maklum anak kampung bisanya
berenang disungai dengan gaya batu saja" katanya. Namun alasan sebenarnya
ia tidak mau dilihat orang sebagai pengangguran yang tidak jelas kemana arah
tujuannya.
Kemudian di buka
kembali pendaftaran Bintara Polisi Gelelombang kedua, dia mencoba untuk
mendaftar kembali. Akan tetapi dia juga gugur di tes Akademik lagi-lagi karena
kemampuan Bahasa Inggrisnya. Tapi tetap dia tidak patah semangat baginya
kesuksesan adalah sebuah keharusan, dia memutuskan untuk kembali mengikuti tes
Secaba TNI. Tahapan demi tahapan ia lalui sampai tes wawancara. Pada saat
pengumuman akhir pada tes psikologi ia kembali gagal. Memang sudah ada keraguan
saat adanya tes menggambar. Karena dari sekolah ia tidak suka menggambar. Tidak
patah semangat dia kembali mencoba di sekolah kedinasan IPDN Kab. Jember.
Dengan jumalah peserta sebanyak 79 orang dan kuota penerimaan hanya 3 orang
saja membuat dia sedikit pesimis. Setelah melalui tes di Kab. Jember akhirnya
peluangpun kembali terbuka dengan menyisakan 18 orang peserta yang dikirim
mengikuti tes di Surabaya termasuk dirinya. Namun lagi - lagi saat ada ujian
Bahasa Inggris ia pun gagal melaluinya.
Dari kegagalan tersebut
akhirnya dia menyadari jika kelemahannya adalah kemampuan bahasa inggris yang
kurang mumpuni, ia pun memutuskan untuk mendalami Bahasa Inggris dengan
mengikuti Program Kursus Intensif di Jember selama 3 bulan. Dia juga berfikir
jika peluang untuk lolos seleksi dipulau Jawa sangat kecil dikarenakan
pendaftar yang banyak dan kuota penerimaan yang sedikit, sehingga sedikit
harapan untuk bisa menjadi salah satu Abdi Negara. Ia pun memutuskan mendaftar
di Prov. NTB tepatnya di Pulau Lombok. Setelah dibukanya Pendaftaran Secaba
Polisi Gelombang pertama, di langsung mendaftar kembali. Namun kecewa kembali
menderanya. Ia gagal dalam tahap awal pemeriksaan administrasi dimana KTP
penduduk masih belum berdomisili 1 Tahun di NTB. Mengingat masih adanya waktu
pendaftaran di pulau Jawa yang tinggal 1 Hari, ia pun bergegas pulang dan
kembali mendaftar Secaba Polisi Gelombang Pertama kali ini di Polwil Bondowoso.
Setelah daftar terakhir, keesokan harinya langsung melaksanakan Pemeriksaan
Administrasi Awal dilanjutkan tes Psikologi. Dan diluar Dugaan, tes Psikologi
dia sudah dinyatakan gagal. Kali ini dia benar-benar kecewa dan stres. Karena
bagaimanapun tes Psikologi yang biasanya dengan mudah dilalui kali ini gagal
mungkin karena kelelah dan minimnya persiapan karena waktu yang singkat.
Harapannyapun seolah-olah pupus. Dengan ketidakberdayaan dan kurang percaya
diri yang diakibatkan usaha yang selalu gagal ia lakukan hampir membuatnya
putus asa dan tidak memiliki semangat lagi untuk memulai. Namun kedua orang tua
dan kakaknya selalu memberikan motivasi agar dia jangan putus asa.
Dengan segala doa dan
usaha setelah sampai pada Pendaftaran Secaba Polisi Gelombang kedua, ia kembali
mengikuti tes di Pulau Lombok. Tidak disangka pendaftarnyapun sangat banyak.
Sekitar 1500 orang. Namun dengan segala keoptimisan serta mental yang
benar-benar sudah dipersiapkan plus mengikuti bimbingan belajar, olahraga,
serta cek-up kesehatan sebelum tes dilaksanakan, alhamdulilah ia bisa
melaluinya dengan hasil memuaskan. Segala tahapan tes diikuti sampai tes
terakhir yaitu pantukhir. Akan tetapi diluar dugaan tiga hari menjelang tes
Pantukhir, dia mengalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor dengan
kecepatan 50km/jam, bodo menabrak seekor anjing yang tiba-tiba melintas kencang
dihadapannya dengan kondisi jalan raya ramai membuatnya kaget dan tidak bisa
mengendalikan kendaraannya sehingga terpental kebahu jalan. Dia mengalami luka
serius pada lututnya yang dikhawatirkan patah kaki. Namun setelah dirontgen
ternyata hanya keseleo dan luka lecet pada lutut. Dalam waktu 2 Hari dia
istirahat total dengan kaki yang tidak bisa bergerak leluasa. Dan Hari dimana
Tes Pantukhir pun tiba. Sambil menahan rasa nyilu, tidak henti-hentinya dia
berdoa. Saat itu masih menyisakan 180 orang dengan kuota Penerimaan 149 Orang
membuatnya pesimis. Saat Tim Penguji Akhir yang terdiri dari 10 Orang Pejabat
Tinggi Polri termasuk Tenaga Ahli dibidang Kedokteran Polri. Dan pada saatnya
gilirannya dipanggil masuk ruangan dengan berpakaian kaos putih dengan celana
pendek putih dan berhadapan langsung dengan 10 orang tim penguji. Satu persatu
peserta diajukan beberapa pertanyaan yang berbeda-beda. Dan saat salah seorang
Dokter Polisi melihat lututnya yang agak gemetar menahan rasa sakit karena
hanya biasa menjawab pertanyaan dengan mematung, tiba tiba Dokter tersebut
menghampirinya, dan memerintahkan untuk jalan ditempat layaknya baris-berbaris.
Sambil menahan rasa sakit dia pun melaksanakannya. Kurang lebih 1 menit, dia
diminta berhenti dan melihat luka yang ada dilututnya. Sampai tak terasa ada
sedikit darah yang keluar dari luka tersebut. Tidak ada keyakinan pada diri
bodo kala itu untuk mempunyai peluang Lulus dia hanya bisa pasrah.
Akan tetapi atas Kuasa
Allah SWT, bodo dinyatakan Lulus dan dapat mengikuti Pendidikan Secaba Polisi
di SPN BELANTING NTB. Sujud syukurpun lakukannya, seakan tak percaya dengan
hasil yang diraihnya sekarang, namun ketika dia melihat perjuang dan usaha yang
dilakukan selama ini dia pun bersyukur. Setelah dia menjadi Polisi dengan tekad
dan keyakinan, dia benar-benar akan perjuangkan dan menjaga KAMTIBMAS (Keamanan
Ketertiban Masyarakat), mengesampingkan keadaan pribadinya dengan memberikan
Pelayanan yang Prima. Karena dia ingin merubah citra negatif yang ada dimata
masyarakat dari diri sendiri dengan merubah sikap dan pandangan orang tentang
polisi dan dia selalu berusaha untuk menjadi sosok Polisi yang selalu siap
menjadi Pelindung, Pengayom, Pelayan Masyarakat dan Penegak Hukum yang dicintai
masyarakat. Sehingga Citra Polisi semakin baik dan selalu menjadi
mitra/keluarga bagi masyarakat. Saat ini bodo ditugaskan sebagai
BHABINKAMTIBMAS Desa Seran Kec. Seteluk Kab. Sumbawa Barat NTB. Dia juga sangat
ingin bertugas dikampung halaman sendiri dan berkumpul bersama orang tua di
Kab. Jember JATIM. Namun di Desa Seran ini, dia sangat bahagia karena warga
Seran menerima layaknya saudara dan sahabat. Sehingga ketika bertugas, serasa
bertugas dikampung halaman sendiri dan juga Masyarakat Desa Seran sangat
welcome terhadap keberadaan dan Kehadiran Bhabinkamtibmas. Namun Keinginan
untuk dapat kembali kekampung halaman sendiri juga masih tetap menjadi harapan.
Pesan kesuksesan yang
diberikannya adalah “INGATLAH, KEGAGALAN
bukanlah akhir dari perjuangan kita, Namun itu merupakan KEBERHASILAN yang
tertunda yang akan sangat terasa manis ketika kita bisa mencapai hasil yang sangat
sempurna”. (Hidup ini terasa sempurna jika kita bisa bermanfaat / dapat
membahagiakan orang-orang disekitar kita sebelum diri kita bahagia).
No comments:
Post a Comment