Friday, May 8, 2015

Benarkah Merokok itu Keren?

Praktek dirumah sakit kali ini sungguh menyisakan pahit dihati ini, Kebetulan saya berada diruangan medikal khusus laki-laki, dibangsal yang berisi lebih dari 30 orang saya terpaku melihat mereka yang sedang terbaring sakit, Nampak sekali raut kesedihan diwajahnya, perasaan pilu karena berada ditengah orang yang sedang mengalami kesusahan dan saya tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi beberapa pasien ada yang seusia ayahku, semakin membuat diri ini merasa sedih, tak betah namun harus dijalani.

Banyak sekali diantara mereka menderita penyakit jantung, penyakit yang sangat ditakuti sampai saat ini, pasien dengan penyakit jantung permasalahannya cukup mudah dipahami, pembuluh darah yang selama ini bisa mengalirkan darah dari jantung keseluruh tubuh tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik karena adanya hambatan berupa plak dipembuluh darah, ibaratkan selang air ketika kita menyiram tanaman, selang tidak dapat mengeluarkan air karana didalam selang ada kotoran sehingga pancaran siramannya pun sedikit, dan ini sangat berbahaya bagi tubuh kita karena metabolisme disemua organ harus terpenuhi dengan baik dan juga hambatan itu menyebabkan nyeri hebat di dada sehingga pasien merasa kesakitan.


Penyebab pastinya belum jelas maka dalam istilah medis kita menggunakan istilah faktor resiko, sebelum saya masuk rumah sakit dan membaca beberapa jurnal international tentang penyakit jantung faktor resiko penyakit jantung antara lain, rokok, diet, hipertensi dan jarang olah raga namun yang selalu menempati urutan teratas adalah merokok, tergelitik dalam hati untuk menanyakan mengapa mereka merokok? Karena peringatan tentang bahaya merokok bertebaran dimana-mana, tapi mengapa mereka tetap merokok? Ketika saya tanyakan perasaan mereka setelah tahu mereka menderita penyakit jantung semua mengatakan menyesal telah merokok selama ini dan mereka menyampaikan bahwa sulit untuk berhenti merokok, rokok memang sudah menjadi candu baginya.

Mungkin kita harus flash back pada motivasi seseorang dalam merokok, terutama di Indonesia, dari pengamatan yang saya lakukan, alasan awal mereka merokok adalah perasaan ingin dihargai dan dihormati, ini banyak ditemukan pada anak-anak yang belajar merokok karena dulu saya dan teman-teman pernah mencoba untuk merokok ketika beberapa kali mencoba saya belum pernah mendapatkan nikmatnya merokok dan sebenarnya dia diawal kami merasakan hal yang sama seperti batuk dan sedikit pusing, namun kebanyakan mereka bertahan karena pujian yang mengalir dari orang lain ketika melihat mereka merokok dan percaya atau tidak orang-orang akan lebih menghargi mereka yang merokok, mudahnya perokok akan menghargai orang yang merokok tapi tidak mengijinkan orang lain untuk merokok, mungkin karena mereka tahu bahayanya atau alasan yang lain, fakta yang terjadi lingkungan berat sebelah dalam memberikan penilaian atau penghargaan orang untuk nakal mengapa saya mengatakan nakal karena pintu awal kenakalan remaja adalah merokok, lingkungan lebih menghargai anak nakal dari pada menghargai anak baik-baik, benarkah pernyataan ini? Atau anda tidak percaya? Perlu bukti, ok coba kita lihat ketika jaman SMA misalnya, anak yang merokok dan bandel akan lebih dihargai dari pada anak yang pandai di sekolahnya? Saya tidak berbicara tentang penghargaan berupa sertifikat atau yang lainnya namun ini adalah penghargaan, penghormatan dan pengakuan personal yang secara tidak langsung menguatkan mereka untuk tetap merokok sehingga banyak anak yang semula tidak merokok mencoba untuk merokok agar existensinya juga diakui dan secara tidak langsung anak merokok itu keren, benarkah demikian lingkungan kita menghargai anak nakal dari pada yang pandai? Sedikit contoh Coba kita lihat apabila ada anak cewek ulang tahun waktu SMA kriteria anak yang diundang pasti mereka yang popular dan memiliki katagore antara lain suka pacaran, nakal, suka olah raga dan pintar pintar dikategorikan sebagai undangan terkahir karena kutu buku jarang sekali masuk dalam kategori keren dan ini dikuatkan dengan film dan acara-acara televisi lainnya.

Jadi apa yang harus kita lakukan untuk mengurangi populasi perokok di Indonesia dan dunia, cukup kurangi pengakuan atau penghargaan pada mereka yang merokok, kita rubah definisi keren menjadi definisi yang mengarah pada kebaikan bukan keburukan, sebelum semua terlambat dan rokok menjadi adiktif bagi mereka yang coba-coba untuk merokok, mari kita selamatkan orang-orang disekitar kita, ingat penilaian dan saran anda bagi orang lain sangat berpengaruh terhadap kesuksesan mereka, mari kita kembalikan definisi keren ke definisi yang baik. Bagi yang tidak setuju silahkan berpendapat dan berkomentar, salam sukses


Kholid Rosyidi MN

No comments:

Post a Comment