Rombongan International Student PSU di Masjid Ban Nua |
Tepat pukul 1 siang rombongan
international student Prince Of Songkla university berangkat ke Masjid Ban nua untuk mengikuti rihlah dan
pengajian dengan materi “Fatwa ulama tentang Toleransi Budaya di Thailand dan
Pemberdayaan Komunitas Muslim” Sebelum berangkat ke Masjid Ban Nua kita mampir
ke pantai dekat masjid
untuk relaksasi dan berfoto ria, para international
student memang sangat gemar foto selfie termasuk saya..he karena acara yang
sebenarnya baru akan dimulai pukul 04.00 ba’da ashar waktu setempat, sesampainya
dimasjid kita disambut dengan pemandangan indah masjid yang besar dan beberapa
gedung sekolah disekitarnya, penilaian sementara saya tidak berbeda dengan
masjid kebanyakan di Indonesia, Masjid Ban Nua terdiri dari 2 lantai, lantai 1
ada perpustakaan dan koperasi serta ruang baca serbaguna yang bisa dibentuk
seperti ruang rapat sederhana ditambah lagi jamaah sholat asharnya kebanyakan
para lansia hemmm… mirip di tempat kita bukan?, Sehabis sholat ashar kami
diterima oleh imam Masjid Ban Nua yang bernama Ustadz Thabrani Bin Abdul Latif,
kesempatan ini merupakan kesempatan istimewa karena tidak mudah untuk bertemu
imam Masjid Ban Nua ada diantara kami yang pernah ke Masjid Ban Nua 2 kali tapi
belum pernah bertemu beliau.
Ibu-ibu mahasiswa Master dan Phd PSU |
Singkat cerita kita banyak
berdiskusi, pada awalnya ustadz memberi pengantar tentang sejarah Masjid Ban
Nua yang sebenarnya Masjid tersebut sudah ada sejak dulu namun baru di pugar 17
tahun yang lalu dengan dana dari masyarakat kampung sekitar kurang lebih ada
seribu delapan ratus muslim di kampung tersebut dan mayoritas penduduk Ban Nua bekerja
sebagai nelayan dan anda tahu biaya untuk renovasi masjid tersebut? 30 juta bath
atau setara dengan 10,5 milyar rupiah (kurs 1 bath 350 rupiah) ya dari kampung
nelayan 17 tahun yang lalu bisa mengumpulkan dana sedemikian besar tanpa biaya
dari pemerintah pula, tidak sampai disana kita dibuat takjub, masjid ini juga
mempunyai amal usaha berupa koperasi, koperasi simpan pinjam, badan amil zakat
dan juga ada tradisi unik setiap hari jumat mereka mengadakan acara minum teh
dan makan bersama, dalam acara tersebut banyak warga muslim berdatangan plus
memberikan infaq pada masjid, belum lagi mereka punya homestay yaitu rumah
warga yang disewakan dan uang sewa tersebut 30% masuk kas masjid mereka paham
betul akan potensi wisata yang dimiliki daerah sekitar sehingga total
perputaran uang yang ada 20 juta bath atau 7 milyar rupiah selama satu tahun
angka yang fantastis untuk ukuran sebuah masjid. Hebatnya lagi koperasi simpan
pinjam tersebut juga terbuka untuk non muslim, untuk dana operasional perbulan masjid
lebih kurang 700.000 bath (250 juta rupiah) he..he sangat besar sekali bukan? belum
sampai disitu saja masjid tersebut juga memberikan beasiswa untuk siswa
berprestasi yang ingin melanjutkan kuliah sampai tingkat perguruan tinggi karena
sekolah di masjid ini hanya sampai sekolah dasar saja dan masjid juga bisa
memberikan bantuan pada 7 orang dhuafa dengan biaya masing-masing sebesar 7000
bath per bulan, kami semua tercengang dan bertanya-tanya mengapa bisa luar
biasa seperti ini Masjid Ban Nua apalagi mereka tidak mendapatkan bantuan dari
pemerintah, pemerintah Thailand hanya memberikan bantuan untuk guru yang
terdaftar di kementrian pendidikan saja selebihnya dana operasional sekolah
mereka sendiri yang mengelola, aku pun bertanya-tanya dan Pak Risky mahasiswa
phd asal Unand (Universitas Andalas) yang kebetulan telah lama di Hat Yai berbisik
padaku bahwa Ustad Thabarani itu seorang seorang doctor dan s1nya di Arab,
s2nya di Malaysia dan s3nya di Taksin University dalam hati saya bergumam pantas
saja takmirnya doctor otomatis memiliki pemikiran yang luas dalam mengembangkan
masjid ini, wajar saja kalau beliau sibuk dan sulit ditemui, saya membandingkan
di kampung saya takmir masjid biasanya seorang pansiunan atau orang yang tidak
bekerja malah ada orang gila yang dijadikan muadzin masjid dan istimewanya tugas
takmir hanya adzan dan sholat berjamaah saja, bukan itu saja Pak Cecep (Universitas Pajajaran) selaku ketua ngajikun PERMITHA (Persatuan Mahasiswa Indonesia Thailand)
cabang Shongkla juga terpesona dan ingin memiliki buku pedoman yang mereka
miliki untuk menjalankan system yang ada untuk kita pelajari.
Pak Cecep memberi cinderamata untuk masjid diwakili oleh Ustadz Thabrani |
Kembali
pada tujuan kita adalah rihlah tentang “Fatwa ulama tentang Toleransi Budaya di
Thailand dan Pemberdayaan Komunitas Muslim” karena kami ingin mengetahui
bagaimana kaum minoritas disini untuk survive dalam memegang teguh keyakinan,
ada yang menarik dari penjelasan Ustadz Thabarani beliau mengatakan kalau dikampung
ini ada yang dinamakan hukum adat yang menganut system syariat ada majelis yang
terdiri dari orang-orang pilihan yang berwenang untuk memberikan fatwa kepada
setiap kaum muslim disini, yang jelas di Thailand selatan kalau sudah berbicara
muslim pasti perempuan disini semua memakai hijab atau jilbab dan laki-lakinya
senang menggunkan baju gamis tidak seperti saya yang ketika baru datang ke
Thailand membeli nasi memggunakan celana kolor dan kaos oblong dengan lantang
berucap “assalamulaikum”, hukum syariat tidak main-main contoh apabila ada
seorang non muslim ingin menikahi wanita muslimah dan berniat masuk islam maka
si laki-laki non muslim harus di karantina alias mengaji terlebih dahulu untuk
dinilai keseriusan masuk islam jadi niat menikahnya harus Lillahita'alla
ini merupakan pencegahan terbaik agar tidak terjadi seperti yang sering kita temukan
di infotainment, sehingga jarang sekali mereka yang sudah masuk islam kembali
menjadi kafir, dan bagi mereka yang suka meminum minuman keras dan narkoba mereka
memberikan sangsi sosial yaitu dengan tidak mendapatkan layanan sosial seperti
zakat, layanan kematian hanya sebatas fardhu kifayahnya saja dan pembiayaan
lainnya yang telah saya sebutkan diatas tapi setelah dirangkul atau diperingatkan
terlebih dahulu.
TS lagi action |
Mengenai tradisi non muslim yang
ada disana atau batasan toleransi, Ustadz Thabarani menyampaikan bahwa mereka
melarang para warga muslim untuk mengikuti aktifitas yang berbau kesyirikan
meskipun hanya untuk melihat beliau paham betul maksud dan tujuan dari
masing-masing acara yang ada, para ulama di Masjid Ban Nua sangat tegas dan
berani meskipun semua orang mahfum kalau Thailand selatan mayoritas muslim tapi
dipimpin oleh pemimpin non muslim, kembali kita menanyakan apakah ada
intervensi dari pemerintah dan warga non muslim yang mungkin tidak senang
dengan aktifitas umat muslim disini? Beliau menjawab tidak ada malah dengan
tenang beliau menjawab pemerintah Thailand sangat toleran dan bisa jadi lebih
toleran dari pemerintahan yang dipegang oleh umat islam itu sendiri. Secara
tidak langsung Ustadz menyidir Negara kami..he karena you know lah Indonesia
mayoritas islam tapi?..he
Dari sini kita bisa melihat islam
begitu luar biasa dalam mensejahterakan kehidupan umat, mereka minoritas tapi
sangat dihargai dan disegani bahkan pemerintah menaruh hormat pada mereka,
sedikit pesan yang kita dapat bahwa persatuan umat dalam menjalankan aturan
islam sangat besar dampaknya namun sayang kita sebagai umat islam terkadang masih
tidak kaffah dalam menjalaninya apa yang telah diajarkan oleh rasullulah
karena islam sendiri tidak bisa kita ambil sepotong-sepotong atau dimodifikasi
sekehendak kita karena Allah SWT yang paling tahu kelebihan dan kekurangan
manusia, so muslim maju karena memegang teguh agamanya, muslim hancur karena
menjauhi agamanya, mari bersama-sama kita tegakkan pilar-pilar islam yang
selama ini terabaikan.
Wallahu'alam bissawab
No comments:
Post a Comment